Selasa, 19 April 2011

wisata pulau gili

Pulau Gili (Gili Islands) merupakan gugusan pulau-pulau kecil Indonesia yang ada di Probolinggo, Lokasi dan posisinya berada di 5 (lima) mil sebelah Utara Tanjung Tembaga Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh 25-30 menit dengan perahu motor. Secara Geografis posisi lebih dekat ke Kota probolinggo, namun secara Administrasi masih ikut Pemerintahan Kabupaten Probolinggo. Di sebelah Timur dan Selatan pulau tersebut membentang pasir putih yang lautnya belum tercemar dan nampak kebiru-biruan. Di sebelah Utaranya lagi apabila tidak ada gelombang pengunjung bisa melihat Taman Laut yang indah, dimana bunga karang yang indah dan berbagai jenis ikan hias berwarna-warni. Pulau seluas 68Ha dihuni kurang lebih 7.900 jiwa, sebagian besar warganya Suku Madura dan hampir 90% menjadi nelayan yang menggantung hidupnya di Laut.


Sebagian besar masyarakat setempat percaya bahwa pulau Gili-Ketapang adalah pulau yang terapung bergerak lamban ke tengah laut. Semula pulau ini menjadi satu dengan daratan Probolinggo yang hanya dipisahkan oleh sungai dengan (sekarang:kelurahan) Ketapang yang waktu itu masih ikut kabupaten Probolinggo. Dahsyatnya letusan dari gunung Semeru yang menyebabkan gempa bumi yang sangat dahsyat mengakibatkan (sekarang:kelurahan) Ketapang terbelah menjadi dua, belahan itu menjadi sungai yang memisahkan Ketapang sebelah Selatan dengan Ketapang sebelah Utara. Ketapang sebelah Utara inilah yang dari waktu ke waktu dipercaya oleh masyarakat setempat semakin jauh dari (sekarang:kelurahan) Ketapang, yang selanjutnya diberi nama Gili Ketapang yang artinya Ketapang yang mengalir (Gili). Hingga sekarangpun Pulau ini dipercaya oleh warga Probolinggo semakin menjauhi Tanjung Tembaga Probolinggo.


Misteri Gua Kucing

Meski kurang dikembangkan sebagai wisata layaknya pulau Seribu, ternyata pulau ini tetap menarik perhatian orang. Keberadaan Gua Kucing yang dikeramatkan menjadi salah satu alasan bagi pengunjung untuk datang. Menurut cerita yang berkembang tempat ini sebenarnya merupakan petilasan Syech Ishap, dia adalah Penyebar Agama Islam, yang pernah singgah dalam perjalanan dari Gresik menuju Blambangan, Banyuwangi.


Mengapa dinamakan gua kucing?, konon karena di gua ini pernah disinggahi syech Ishap ini hidup bersama ribuan kucing. Konon juga salah satu kucing ada yang bertuliskan arab di kepalanya.
Selain gua, tentu anda dapat menyalurkan hobi memancing di sekitar perairan pulau. Sekedar keliling pulau, mancing, milihat Taman Laut bisa menyewa kapal nelayan sebesar 75 ribu untuk tiga sampai 5 jam. Disana anda juga bisa membeli hasil tangkapan laut yang dijual penduduk pasar, untuk sekedar oleh-oleh.





Rute ke Pulau Gili dengan Kapal Motor :
  1. Tanjung Tembaga Probolinggo langsung Pulau Gili 25-30 Menit
  2. Pantai Bentar Probolinggo langsung Pulau Gili 45 - 60 Menit (lebih seru karena ombaknya lebih tinggi dari jalur pertama).

wisata tanjung tembaga


Secara letak geografis kota Probolinggo yang ada di pesisir pantai, Tanjung Tembaga ini mempunyai peranan yang penting bagi pergerakan ekonomi masyarakat Probolinggo.
Disana kita dapat melihat berbaurnya segala jenis lapisan masyarakat, dari nelayan, pekerja pabrik kayu, dan pembeli ikan. Hal ini akhirnya menimbulkan masalah sendiri, yaitu menumpuknya sampah yang akhirnya menimbulkan bau yang kurang sedap, apalagi dicampur dengan bau amisnya ikan, hmmm…dijamin bakal sulit makan deh.
Tapi masalah ini sudah dapat dipecahkan oleh pemerintah kota Probolinggo, yaitu dengan dibangunnya Pelabuhan Tanjung Tembaga II yang berada hampir berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Tembaga yang utama, tujuannya yaitu dipisahkannya antara Pelabuhan I yang digunakan sebagai berlabuhnya kapal-kapal dan aktivitas nelayan juga pasar ikan, sedangkan di Pelabuhan Tanjung tembaga II digunakan sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Suasana di Pelabuhan Tanjung Tembaga II ternyata berbeda, suasananya lebih bersih, indah serta nyaman, dan di Pelabuhan II pun banyak orang-orang memancing.
Jika kita memandang dari ujung dermaga, maka sekilas akan tampak sebuah pulau, itulah Pulau Gili, salah satu tempat wisata di kota Probolinggo. Disana terdapat Gua Kucing, yang konon ada banyak kucingnya (ga tau juga sih ada pa ga, soalnya belum pernah kesana). Jika mengunjungi pulau Gili, jangan lupa bawa air mineral secukupnya, karena air di Pulau Gili rasanya asin.
Menurut cerita, Pulau Gili ini pulau yang berjalan, alias mengapung, boleh percaya boleh tidak dengan masalah yang satu ini.

tanjung tembaga probolinggo

Tanjung Tembaga merupakan Pelabuhan yang tepatnya berada di Kota Probolinggo. Pelabuhan ini termasuk dalam jajaran pelabuhan yang besar dikarenakan banyaknya kapal-kapal dari daerah lain yang singgah di Pelabuhan Tanjung Tembaga ini. Aktivitas di Pelabuhan Tanjung Tembaga sangat padat, dimana para nelayan selalu berkumpul di Pelabuhan ini setelah melakukan penangkapan ikan. Suasana di Pelabuhan ini sangat indah, namun sayangnya oleh Pemerintah Kota Probolinggo kurang dipelihara alhasil banyak sampah disana-sini dan bau ikan yang sangat tidak sedap. Hal ini cepat mendapat respon dari Pemerintah Kota Probolinggo dengan dibangunnya Pelabuhan Tanjung Tembaga II yang berada hampir berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Tembaga yang utama, tujuannya yaitu dipisahkannya antara Pelabuhan I yang digunakan sebagai berlabuhnya kapal-kapal dan aktivitas nelayan juga pasar ikan, sedangkan di Pelabuhan Tanjung tembaga II digunakan sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Suasana di Pelabuhan Tanjung Tembaga II ternyata berbeda, suasananya lebih  bersih, indah serta nyaman, dan di Pelabuhan II pun banyak orang-orang memancing
Seperti yang dilansir di situs Pemancing.com ternyata Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo mempunyai daya tarik sendiri, oleh karena itu mereka sepakat akan mengadakan Lomba memancing yang diadakan tanggal 20 Maret 2010. Kebanyakan ikan yang didapat dari memancing adalah ikan Krapu dan ikan Kakap. Event seperti ini yang pasti akan memberikan suatu kontribusi yang besar bagi Pelabuhan Tanjung Tembaga dimana nama Pelabuhan Tanjung Tembaga akan banyak dikenal oleh masyarakat di luar Kota Probolinggo, karena dipastikan Pengunjung atau peserta lomba kebanyakan pemancing Profesional yang berdomisili di luar Kota Probolinggo.
Kita sebagai warga Kota Probolinggo seharusnya merasa bangga karena kami memiliki Pelabuhan dimana Pelabuhan tersebut mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembangkan lebih lanjut. Kita bersama sebagai warga Kota Probolinggo wajib menjaga keutuhan aset besar Kota Probolinggo ini untuk kita kembangkan demi Kemajuan Kota Probolinggo

SEMIPRO

Kegiatan Seminggu di Kota Probolinggo (SEMIPRO) Tahun 2010 ini, yang pelaksanaannya dibarengi dengan dua agenda kegiatan yang lain yaitu Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) V dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) VII sungguh merupakan gelaran atau event yang akbar. Betapa tidak, dalam gelaran SEMIPRO yang sudah berlanggsung dari tanggal 26 Juni – 3 Juli 2010 tersebut telah mampu menyita mata masyarakat Indonesia, setidaknya di wilayah regional Jawa Timur sendiri untuk tahu apa itu Kota Probolinggo dan ada apa di Kota Probolinggo. Namun tentu, kami paham bahwa gelaran seakbar SEMIPRO tersebut tidaklah luput dari berbagai kelemahan-kelemahan. “Tak ada gading yang tak retak.” Menurut sebuah pepatah. Maka dari itu melalui lampiran surat yang tak seberapa berharga ini,  kami ingin berpartisipasi menuangkan ide-ide kami, urun rembug, memberikan masukan, saran dan pendapat dari kacamata umum khususnya melalui sudut pandang generasi muda pada celah yang ada pada pelaksanaan kegiatan SEMIPRO.
Ini bukan berarti pelaksanaan SEMIPRO berjalan tidak baik. Bukan tujuan kami pula untuk mengkritik habis-habisan, menghina, meledek atau bahkan merendahkan Panitia Penyelenggara Kegiatan SEMIPRO yang notabene adalah Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (DISPOBPAR), “ayah” kami sendiri. Tapi tujuan kami adalah untuk menunjukkan dimana letak celah tersebut dan bersama-sama memperbaikinya agar agenda tahunan Kota Probolinggo SEMIPRO ini semakin baik lagi di tahun-tahun mendatang dalam pelaksanaannya.
Dan inilah beberapa hal yang menurut kami perlu untuk diperbaiki:
  1. Membuat lomba-lomba yang lebih berbobot.
    Kegiatan lomba-lomba seperti lomba menyanyi dan modeling yang dipusatkan di Musium Kota Probolinggo (eks. Gedung Graha Bina Harja) yang dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Probolinggo yang bekerja sama dengan Toko Buku Togamas, kami rasakan tanggung dan terkesan asal-asalan saja baik dari segi konsep maupun peserta yang mengikuti lomba tersebut. Kami menginginkan lomba yang lebih berbobot. Misal untuk lomba menyanyi , sekalian saja langsung diadakan Probolinggo Idol atau Lomba Cipta Lagu dengan tema Promosi Objek Daya Tarik Pariwisata (ODTW) Kota Probolinggo dengan memperebutkan Piala Walikota.
  2. Lebih menekankan pada lomba (yang nantinya) ingin diunggulkan sebagai Icon Kota Probolinggo.
    kerapan_kambing
    Keberadaan Kerapan Kambing dan Petik Laut misalnya, baik dari segi promosi, jumlah maupun kemeriahan harusnya bisa semakin ditingkatkan agar merangsang jumlah dan kualitas peserta yang berpartisipasi dalam kerapan tersebut. Sangat disayangkan kalau misalnya Kerapan Kambing dan Petik Laut yang selama ini sudah menjadi Icon Pariwisata Kota Probolinggo keberadaannya harus dinisbihkan oleh ragam kegiatan yang lain agar agenda SEMIPRO terkesan padat.
  3. Hilangnya Kobuda.
    kobuda
    Meski Kobuda (Kontes Busana Daun) pada hakikatnya adalah mencontoh kegiatan Jember Fashion Carnival (JFC) di Jember namun pada pelaksanaan perdananya, setahun yang lalu, Kobuda mampu menyerap antusiasme warga bahkan para wisatawan untuk datang dan menyaksikan event tahunan tersebut. Ini peluang. Ini aset budaya Pemerintah Kota Probolinggo. Dan kenapa harus hilang?
  4. Lebih mengangkat Budaya Lokal.
    ogoh_ogoh
    Saya mewakili Paguyuban Kang dan Yuk tidak melarang adanya budaya luar, di luar Probolinggo, (misal: dari Bali, Ponorogo maupun Madura) yang ikut berpartisipasi menjadi peserta kirab dalam kegiatan Kirap Budaya Daerah-daerah tanggal 1 Juli 2010 kemarin, namun saya berharap Probolinggo dapat mencontoh Bali (yang memang sudah menjadi pusat pariwisata Indonesia) ketika mereka menggelar kegiatan Pawai Ogoh-ogoh. Nuansa Bali tetap Berjaya meski tak sedikit Ogoh-ogoh mereka yang dipadukan dengan tokoh-tokoh modern. Saya berharap Probolinggo dapat mencontoh itu, Musik Ronjengan dan Musik Dug-dug tidak kehilangan auranya meski bertumpang tindih dengan budaya nasional lain yang diangkat oleh peserta pawai.
  5. Lebih memberdayakan Masyarakat Lokal.
    Ini yang paling saya sesalkan, dari tahun ke tahun pelaksanaan event SEMIPRO, tak jarang masyarakat lokal Kota Probolinggo harus kalah bersaing dan tergerus oleh masyarakat luar dan pendatang. Baik itu dari para pedagang kaki lima-nya, UKM-nya, bahkan para pengisi acara kegiatan (misal band, modern dance atau MC Acara). Sepertinya Panitia Penyelenggara atau siapapun yang terlibat lebih senang menggunakan bintang tamu dari luar kota seperti Malang atau Surabaya yang memang lebih professional ketimbang membibit dan mendidik masyarakat lokal untuk (kedepannya) mampu bersaing dengan peserta dari luar kota tersebut. Hal ini pula yang senantiasa dirasakan oleh anggota Paguyuban Kang dan Yuk Kota Probolinggo. Kami merasa percuma dilaksanakan ajang pemilihan Duta Wisata, Kang dan Yuk Kota Probolinggo atau pelaksanaan kompetisi sejenis seperti Putri Lingkungan maupun Duta Anti Narkoba Kota Probolinggo yang menghabiskan anggaran daerah APBD sedemikian besarnya jika di dalam pelaksanaannya, dalam agenda-agenda atau acara-acara yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Probolinggo kami-kami ini tidak diikutsertakan.
  6. Lomba Artikel Probolinggo Masa Depan dipublikasikan.
    Sebagai sumbangsih Masyarakat Kota Probolinggo terhadap pemerintah dan kotanya dalam bentuk artikel (yang berisi tentang bagaimana visi dan harapan masyarakat kota probolinggo terhadap pemerintahan dan kotanya), ternyata tak banyak Masyarakat Kota Probolinggo (bahkan saya yang saat ini bekerja sebagai Staff di Humas dan Protokol Kota Probolinggo) yang tahu tentang mengenai hal ini. Padahal unsur utama pembangunan adalah dukungan seluruh masyarakatnya dalam menerjemahkan program-program pemerintah tersebut secara sederhana dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami berharap, pada event SEMIPRO tahun depan, Artikel Probolinggo Masa Depan ini dapat dipublikasikan ke masyarakat umum melalui media-media yang ada.
  7. Kemeriahan lampu hias dan umbul-umbul harus lebih banyak dan meriah ketimbang acara-acara sebelumnya.
  8. Papan Informasi dan Petunjuk Jalan.
    Ini hanyalah unsur pendukung yang sebenarnya remeh, tapi amat sangat penting keberadaannya. Mungkin karena dalam gelaran SEMIPRO tahun ini gelaran acaranya dilaksanakan bersamaan dengan KIM dan APEKSI sehingga banyak warga masyarakat yang mengalami kebingungan lalu bertanya: “Pameran SEMIPRO-nya itu di mana?” Padahal sebagaimana kita ketahui bersama bahwa SEMIPRO bukanlah sekedar ajang pameran. Semipro adalah rangkaian kegiatan selama satu minggu yang ada di Kota Probolinggo dalam rangka memperingati hari jadi Kota Probolinggo juga untuk mempromosikan ODTW yang ada di Kota Probolinggo kepada khalayak, nah untuk inilah diperlukan Papan Informasi untuk lebih memberikan pemahaman kepada warga masyarakat Kota Probolinggo sendiri dan para wisatawan. Sedangakan keberadaan petunjuk jalan adalah membantu dan memudahkan para wisatawan yang memang tidak pernah berkunjung ke Kota Probolinggo dalam menemukan spot atau titik-titik dimana berbagai rangkaian kegiatan SEMIPRO itu digelar.
  9. Melibatkan pihak sekolah.
    Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa lembaga pendidikan yang bernama sekolah itu memiliki power, memiliki kuasa dan masa golongan muda yang tak sedikit jumlahnya. Dan menurut kami, kekuatan dan potensi adidaya  yang ada di sekolah tersebut perlu digunkan dan dimanfaatkan untuk dapat menyemarakkan keberadaan SEMIPRO, terutama (memang) bagi sekolah-sekolah yang berbasis Pariwisata. SMK Negeri 3 Kota Probolinggo, misalnya. Peran serta dan partisipasi warga sekolah dapat dibangun dengan memberikan informasi dan pembinaan terhadap semua sekolah yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo, dari tingkat SD sampai SMA, agar mereka turut merasa memiliki sebuah agenda kota yang dinamakan SEMIPRO itu.

harga paket wisata di songa rafting

HARGA PAKET SONGA RAFTING
1. Rafting Songa Bawah > Rp. 189.000 min 5 org
(Fasilitas Rafting: welcome drink, peralatan standart, air mineral bekal pengarungan, transportasi local, guide + rescue team, snack dan kelapa muda, makan siang, asuransi, rafting trip 10 km)
2. Rafting Songa Atas > Publish Rp. 219.000 min 5 org
(Fasilitas Rafting: welcome drink, peralatan standart, air mineral bekal pengarungan, transportasi local, guide + rescue team, snack dan kelapa muda, makan siang, asuransi, rafting trip 12 km)
3. Penginapan Cottage Kamboja Songa Rp. 50.000,-/orang
(Fasilitas: Penginapan berbentuk gazebo, makan pagi)
HARGA SPESIAL SONGA ATAS
01 pax – 10 pax : Rp. 200.000,-
11 pax – 30 pax : Rp. 195.000,-
31 pax – 60 pax : Rp. 190.000,-
61 pax – 90 pax : Rp. 185.000,-
lebih dari 91 pax : Rp. 180.000,-
SONGA BAWAH
01 pax – 10 pax : Rp. 180.000,-
11 pax – 30 pax : Rp. 175.000,-
31 pax – 60 pax : Rp. 170.000,-
61 pax – 90 pax : Rp. 165.000,-
lebih dari 91 pax : Rp. 160.000,-

wisata songa rafting

Songa Rafting

ARUNG JERAM SUNGAI PEKALEN
Sungai Pekalen Atas ini masih sama terletak di desa Ranu Gedang, kecamatan Tiris, kabupaten Probolinggi, propinsi Jawa Timur. Dinamakan desa Ranu Gedang, karena di desa ini banyak terdapat pohon pisang (dalam bahasa jawa pisang disebut Gedang). Pekalen Atas memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk berarung jeram dibandingkan dengan Pekalen Bawah. Bersumber dari mata air Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan dengan lebar sungai rata-rata 5-20 meter dan kedalaman air kurang lebih 1-3 meter.
Jarak pengarungan dari Start-Finish kurang lebih 12 kilometer yang ditempuh selama 3,5 jam. Jumlah jeram sekitar 50 buah seperti Welcome, Batu Jenggot, Pandawa, Rajawali, Xtravaganza, KPLA, Tripple Ace, The Fly Matador, Hiu, Cucak Rowo, Long Rapid, Good Bye. Ada pula Jeram Inul, disebut demikian karena untuk melewati jeram itu, setiap peserta harus “bergoyang bak Inul”. Tingkat kesulitan arung jeram disini yaitu grade II sampai III+.
Untuk menemukan lokasi basecamp dari Songa tidaklah begitu sulit karena dari jalan raya Probolinggo tinggal melihat papan petunjuk besar yang terletak di pinggir jalan. Dari jalan raya ini harus menempuh jarak sekitar 15 km untuk sampai ke basecamp. Sayangnya kondisi jalan menuju kesana tidak begitu bagus, sehingga mau tidak mau memaksa para pengunjung terlebih dahulu harus berarung jeram melawati jalan akses yang berlubang-lubang. Perjalanan dari jalan raya sampai ke basecamp Noars ini memakan waktu sekitar 1 jam.
Tiba di base camp, peserta akan dipersilahkan dulu beristirahat sejenak sambil disuguhi makanan kecil berupa pisang rebus dan minuman yang dinamakan Poka, yang terbuat dari teh dicampur jahe, keningar dan kayu manis. Diberi kesempatan juga untuk berganti pakaian dengan pakaian yang memang siap untuk basah karena pasti akan terciprat derasnya air sungai. Para penikmat wisata arung jeram dilengkapi pelindung keselamatan seperti helm dan jaket pelampung, serta dipandu oleh seorang guide yang telah terlatih dan berpengalaman. Perahu karet yang dipakai adalah jenis inflatable raft yang memang diperuntukkan untuk melewati jeram dengan aman karena berisi udara yang dapat meredam benturan antara badan perahu dengan bebatuan jeram.
Untuk menuju ke lokasi, peserta akan dinaikkan mobil pick-up terbuka. Dengan posisi berdiri dapat menampung sekitar 12 orang dan harus berpegengan erat di pegangan pinggir mobil karena jalan yang dilalui lumayan menanjak naik turun. Sayangnya sesudah turun dari mobil, peserta masih harus menyusuri jalan setapak yang lumayan jauh dan curam, sehingga stamina banyak terkuras disini. Malahan dapat dikatakan capeknya disini bukan karena arung jeramnya tetapi karena jalannya ini. Mungkin ini yang perlu diperhatikan pihak operator.
Start point dari arung jeram ini berada di dusun Angin-angin, Desa Ranu Gedang. Di tengah-tengah perjalanan akan berhenti di Rest Area Kedung Adem-adem dimana peserta sekali lagi akan dijamu dengan minuman Poka, STMJ dan sajian pisang goreng. Sungguh pas dinikmati di tengah dinginnya deburan air sungai Pekalen. Finish point-nya terletak di Dusun Gembleng, Desa Pesawahan.
Selama perjalanan peserta akan disuguhi indahnya 7 air terjun (diantaranya bernama Air Terjun Angin-angin), goa-goa kelelawar dan struktur batuan alami. Sungguh menakjubkan air terjun yang ada disana. Masih begitu alami dan airnya masih begitu jernih dan segar. apalagi oleh guide-nya, peserta sengaja diberhentikan tepat di bawah derasnya guyuran air terjun. Dijamin semua peserta akan langsung dapat merasakan segar dan derasnya guyuran air terjunnya. Goa kelelawarnya pun masih begitu lengkap dengan ratusan kelelawar yang sekali-kali memekik dan beterbangan kesana-kemari. Bau anyir dari kelelawar dan kotorannya begitu terasa ketika melewati sana. Terdapat pula tempat untuk terjun bebas dari ketinggian sekitar 5 meter. Tempat yang pas untuk melepaskan ketegangan.
Berarung jeram disini memang begitu menyenangkan. Dijamin rasa penat dan capek pun hilang begitu melihat keindahan dan merasakan serunya ber-arung jeram di sini. Suasananya pun begitu tenang sehingga membuat kita tidak habis-habis mengagumi ciptaan Tuhan ini. Jalur setelah Finish Point belum dibuka karena terlalu terjal, sempit dan berbatu sehingga tidak dapat dilalui oleh perahu. Tim Noars sudah mencoba jalur tersebut tapi masih dirasakan terlalu berbahaya untuk pemula jadi belum bisa dijadikan rute umum.
Untuk kembali ke basecamp peserta kembali harus menyusuri jalan setapak dan dinaikkan lagi ke mobil pickup. Sesampainya di basecamp peserta dapat segera membersihkan badan dan berganti pakaian. Sesudah itu semua, sajian yang menggoda selera siap menggoda. Tempe, tahu dan ikan penyet, urap-urap dan lodeh siap mengenyangkan perut para peserta yang energinya begitu terkuras setelah berarung jeram.

wisata gunung bromo



Bromo di musim liburan ini cukup ramai. Puncak Penanjakan di malam minggu
 600-an meter bromo2
kearah gunung melalui jalan aspal sempit berkelok-kelok dgn sedikit bahu jalan ditepi jurang yang cukup utk kendaraan satu arah, dan sudut tanjakan yang cukup heboh 60 derajat.
Cukup gamang pertama kalinya, seperti menuju ke puncak pelepasan jet coaster. Jalan ini tentunya hanya pas buat pengemudi lokal yg memang tangguh dan bernyali besar. Kebanyakan orang sulit utk membayangkan seandainya harus berpapasan di tikungan sempit, berhenti menggantung setengah kopling, mencari celah menghindar, krn tak ada ruang yg mungkin selain jurang jika membuat kesalahan. Sungguh, tdk cukup “pede” utk melakukannya. Namun sesudahnya, pemandangan spektakular ke seantero dataran tinggi Tengger di atas puncaknya adalah imbalan yg sangat memadai.


Dari sini, Gunung Bromo, Batok, Kursi dan Widodaren terlihat kecil dgn latar belakangnya Gunung Semeru yg batuk2 setiap 15 menit. Penanjakan sebenarnya paling mudah dicapai dari arah Pasuruan, Tosari dgn tanjakannya yg normal. Setelah Penanjakan perjalanan diteruskan ke puncak Bromo dgn mengarungi lautan pasir. Selain dari pada kuda, kendaraan hanya bisa mendekati 500 meter dari awal undakan dan diteruskan dgn berjalan kaki, sebelum mendaki 223 tangga sampai ke tepi kawah yg masih cukup aktif. Sebuah sepeda motor lokal dgn jenis Honda GL terlihat di parkir di pinggir tangga kawah Bromo, suatu keahlian dari pengendaranya yg mampu mencapai tempat ini.
Setelah Bromo dan Penanjakan, rasanya sayang jika kesempatan tidak dipakai utk terus berkeliling pegunungan Tengger, sampai ke danau Ranu Pane di kaki Gunung Semeru. Perjalanan diarahkan ke Selatan mengelilingi kaldera Tengger melalui rute sisi timur. Temperatur pegunungan tengger berkisar 10 oC dan bisa mencapai nol derajat pada malam hari di musim kemarau.
Ditengah jalan berpapasan dua buah sepeda motor yg kelihatannya sedang bermasalah; rupanya salah satu-nya berhenti lantaran filter udaranya nya kemasukan debu kendaraan yg lewat. Mereka terjebak disini menunggu bantuan selama 2 hari, tidur kedinginan di tengah gurun. Perjalanan dilanjutkan lagi ke desa Ranu Pane, setelah satu jam berhenti memberi bantuan.
Jalan ke Ranu Pane dari arah Kaldera merupakan jalan tanah berpasir bercampur batu2-an bekas jalan beton yg sudah rusak, dgn lubang dan gundukannya yg cukup menggangu utk kendaraan dgn profil ban standar. Jeep disini menggunakan minimal ban 31 dgn anting2 peninggi.
Ditengah perjalanan berpapasan dgn sebuah minibus standar yg berhasil lewat dgn susah payah dari arah Lumajang melalui Sendoro, Ranu Pane dan terus turun ke Kaldera menuju Pura di dekat Bromo. Utk itu ia dikawal oleh jeep sewaan dari Ranu Pane yg menarik keluar setiap kandas di gundukan pasir / batu. Beberapa sepeda motor dari arah Ngadas / Gubuk Klakah berhasil melalui rute ini dgn perjuangannya sendiri.
Sesekali terlihat jejak roda2 kendaraan berbagai jenis yg selip di pasir. Dikiri kanan jalan terlihat padang rumput yg menguning kekeringan dan berbagai macam bunga2an warna warni khas pegunungan yg menunggu datangnya hujan.
Pemandangan disini tidak kurang indahnya, seolah berada di ruangan tiga dimensi dgn dimensi ketinggiannya yg mencolok. Sulit buat kamera utk menceritakannya selain dgn sepasang mata.
Di ujung selatan puncak kaldera bertemu simpang tiga jalan, kekanan menuju Tumpang Malang dan kekiri ke arah Ranu pane. Jalan ke Ranu pane ada ditepi hutan pegunungan Perhutani yg masih terjaga baik dan seterusnya memasuki kebun kentang penduduk. Ranu pane sebuah perkampungan di ketinggian
2300 m dpl, terlihat damai dan sejuk, dgn latar jip-bromo-weblogbelakang kerucut puncak Semeru. Di belakang desa ini ditemui dua danau dgn airnya yg kehijau2an, danau Ranu Pane dan Danau Ranu Regulo. Ranu Pane ini adalah pos awal pendakian ke puncak Semeru. Disini juga terdapat pos Jeep sewaan spt halnya di Cemoro Lawang.
Bedanya di Cemoro Lawang jeepnya terkesan trendy mengikuti model terakhir, sedangkan di Ranu Pane lebih mengarah ke angkutan sayur, penumpangnya harus berdiri di bagian belakang dalam kerangkeng besi.
Tak terasa 5 jam dihabiskan utk putar2 kaldera pegunungan tengger yg merupakan Taman Nasional yg sangat bagus utk dikujungi oleh klub2 adventure baik sepeda motor, jeep ataupun MTB secara berkelopmpok. Gue ngebayangin pergi rame2 bawa kendaraan, buka tenda, api unggun, kedinginan dan kopi panas terasa nikmatnya dibandingkan kehidupan rutin kota.
Satu yg mungkin cukup penting kalau baru pertama kalinya melalui daerah ini barangkali perlunya kendaraan pemandu dari setempat atau paling tidak mengajak penduduk. Karena walaupun terlihat cukup mudah dari atas Cemoro Lawang, begitu turun ke kaldera cukup bingung juga mencari jalan. Tanda satu2 nya disini adalah jejak2 ban kendaraan yg lewat sebelumnya. Keluar dari jalur bisa jadi ketemu lubang-lubang dibalik rumput yg tdk mudah terlihat atau pasir lunak yg bisa menjebak roda. Patok batu hanya tersedia utk lintasan Cemoro Lawang ke kawah Bromo saja.
Tetapi kalau sudah pernah kesini sebelumnya, saya kira tidak ada yg perlu dikawatirkan. Terlihat banyak sepeda motor bebek atau mobil2 non 4×4 dari penduduk sekitar dan Malang yg lalu lalang dgn santainya di kaldera pada di ketinggian dgn jalan yg curam.

Gunung Bromo


Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut.

Pegunungan Bromo-Semeru, merupakan pegunungan yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Kawasan wisata ini menjanjikan sebuah keindahan yang tak bisa anda temui di tempat lain. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, anda bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 10km persegi, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menembus awan. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya.
Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa. Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.
Anda dapat berkeliling ke sekitar areal Taman Nasional dengan menyewa kendaraan jenis jeep 4x4. Atau, jika hanya ingin berkeliling di sekitar area lautan pasir Bromo, Anda dapat menyewa kuda yang banyak tersedia disana.
Adapun hal-hal lain yang dapat dilihat atau dilakukan di area ini adalah Anda dapat mengunjungi beberapa objek di bawah ini:
  • Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah.
  • Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit.
  • Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.
  • Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut ( 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl).
  • Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan.
     
    Buah Tangan
    Anda dapat membeli oleh-oleh atau cinderamata di sekitar point area yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbit. Di area ini banyak terdapat kios cinderamata yang menjajakan dagangan mereka seperti kaos atau t-shirt, topi kupluk, syal dan lainnya. Selain itu, di sekitar area laut pasir juga terdapat beberapa penjaja cinderamata yang menjual kaos atau t-shirt yang bertuliskan Gunung Bromo-Semeru.
Tips
  • Musim kunjungan terbaik adalah sekitar bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.
  • Perlu disiapkan kesehatan prima dan perbekalan penahan dari udara dingin seperti: baju hangat, penutup kepala, kaus tangan penahan udara dingin, serta bekal makanan-minuman secukupnya
  • Perlu diingat bahwa di puncak Penanjakan tidak ada pengginapan maka dari penginapan terdekat harus berangkat pagi-pagi sekitar pukul 03.00-04.00 pagi dini hari.
    Mengingat sulitnya mencari makanan pada malam hari, akan lebih baik apabila Anda membeli persediaan makanan dan minuman sebagai bekal Anda.